Posted in Kisah, Renungan

Kena Musibah Ditabrak Motor Dengan Hikmahnya Menerima Ujian

Begitu insiden itu terjadi, aku langsung berkata dalam hati dengan pasrah, “Yah kan, kejadian juga deh…” Memang sebelum peristiwa di siang hari selepas azan zuhur berkumandang pada 30 Januari 2020 lalu, dalam kepalaku selalu melintas pikiran buruk tiap kali aku menyeberang jalan ketika sedang mengendarai motor. Kalau aku ketabrak, bagaimana ya? Itu saja yang terus-menerus sekelebatan lewat dalam pikiranku. Entah apakah hal tersebut sebuah firasat atau apa? Aku pun tak tahu…

Siang itu, aku pulang dari belanja kebutuhan sehari-hari di Swalayan Tip-Top dengan mengendarai motor matic yang biasa aku pakai. Kebetulan mobil sedang menginap di bengkel yang sudah berhari-hari, namun belum beres juga. Karena ada beberapa kebutuhan rumah tangga sudah habis, terpaksa aku harus belanja walau harus menggunakan motor. Selesai belanja, aku masih mampir ke tempat yang jual ayam bakar. Beli ayam ah, buat menu makan malam nanti, pikirku. Wah pokoknya di bagian depan motor matic penuh dengan bungkusan plastik belanjaan hingga kedua kakiku hanya bisa menaruh tumit pada pijakan kaki, yang berarti kaki berada pada posisi luar melebar.

Sampai di depan komplek rumah, aku ingin belok kanan menyeberang jalan dengan sudah memberi tanda lampu sein kanan. Aku berhenti sejenak menunggu lewat motor ke satu, kemudian motor ke dua yang melaju dari arah depan, berlawanan. Dan aku pun melihat motor ke tiga, tapi ada jarak yang cukup untuk melintas. Menurut perhitunganku rasanya keburu kalau motorku jalan belok kanan. Ternyata motor ke tiga tersebut melesat dengan kecepatan tinggi hingga motorku yang berjalan pelan tertabraklah olehnya. Motor jatuh rubuh dan aku tetap dalam keadaan sadar dibantu orang-orang untuk bangun berdiri. Saat itu langsung terasa perih pada kaki, begitu dilihat darah bercucuran dari pergelangan kaki kiri.

Dia yang menabrakku bertanggung jawab mengantarku ke RS terdekat. Dalam mobil menuju RS, aku bertanya padanya, “Bener kan, tadi kamu ngebut? Kan saya sudah kasih sein―mau belok kanan―kenapa ditabrak, gak berenti?!” sambil meringis menahan perihnya darah yang terus bercucuran.

“Iya maaf bu… Tadi saya buru-buru mau ujian, takut terlambat,” katanya memberi alasan.

Heh?! Gara-gara elo ngebut, malah gak bisa ikut ujian kan nih, trus gue yang ketiban pulung… bentakku dalam hati, kesal mendengarnya. Jalan Kalimulya Raya, depan kompleks perumahan memang baru diperbaiki jalanannya, aspal bagus dan halus membuat banyak pengendara motor senang melajukan kecepatan kendaraannya dengan tinggi. Termasuk mahasiswa satu ini yang hanya khawatir keterlambatan mengikuti ujian telah mengorbankan saya.

Dalam ruang UGD RS, dokter jaga setelah memeriksa luka mengatakan, “Luka sobek pada pergelangan kaki ini cukup lebar dan ada beberapa organ yang keluar sehingga yang menanganinya harus dokter bedah.” Biar memastikan bahwa tidak ada yang membahayakan, saya pun di-rontgen menyeluruh pada bagian kaki. Alhamdulillah hasilnya bagus, tulang kaki tidak ada yang patah maupun retak. Langsung saya dijadwalkan operasi oleh dokter bedah yang kebetulan ada pada hari tersebut.

Luka sobek pergelangan kaki kiri

Begitu tempat tidur saya didorong memasuki ruang operasi, saya disambut dengan candaan dokter bedahnya, “Ibu ngapain ke sini? Biasanya kan yang masuk sini, ibu yang mau melahirkan. Nah ini, kaki malah yang pengen dijahit segala…”

“Jahitnya yang rapi ya, Dok.” balas saya. Dokter tersenyum saja.

Memang memasuki ruang operasi ini bagaikan ketika saya mau operasi SC. Dokter anastesi juga mengatakan saat hendak menjelaskan bagaimana prosedur suntik bius. “Ibu, nanti proses suntiknya di punggung persis seperti SC.”

“Ok, saya sudah tiga kali SC, Dok…” respons saya. Dan saya membatin, jadi kelima kalinya saya masuk ruang operasi karena saya pernah juga operasi usus buntu. Ya Allah, semoga tidak akan lagi kemari…

“Wah, berarti sudah pengalaman ya. Jadi saya gak perlu jelasin detail nih,” kata dokter anastesi sambil senyum.

Operasi memakan waktu kurang lebih 1,5 jam. Luka sobek yang lebar ini dari tengah pergelangan kaki sampai tumit, hingga mengenai otot tendon, cukup membingungkan dokter bagaimana menjahitnya. Kalau bisa diibarat baju yang robek berantakan, maka akan sulit menjahitnya dengan rapi. Menurut Wikipedia, Pergelangan kaki terdiri dari ujung-ujung tulang kering serta tulang betis dan tumit. Tulang-tulang itu disatukan oleh ligamen yang cukup kuat, sehingga membentuk sendi. Sendi ankle adalah struktur yang sangat kompleks yang terdiri dari banyak tulang ligamen, otot, dan tendon.

Pergelangan kaki yang dijahit

***

Mendapat musibah ini merupakan ujian dari Allah yang harus diterima dengan ikhlas, membuatku merenung. Apakah ini teguran Allah buatku? Apa saja kesalahan yang telah kuperbuat? Banyak pertanyaan yang berseliweran di benakku, yang berujung seperti menyalahkan diri sendiri. Padahal aku merasa kaki-kaki ini sudah dipergunakan untuk melangkah ke tempat-tempat baik, seperti majelis-majelis ilmu yang kuikuti kayak kuliah fiqih, kelas bahasa arab, kajian-kajian. Bahkan beberapa jam sebelum kejadian, aku habis belajar dan piknik bareng dengan adik-adik. Jadi nggak mungkinkan Allah memberi hukuman pada kakiku…

Dari pada mengasih peluang setan membisikkan pikiran-pikiran buruk untuk bersu’uzhan kepada Allah, aku kembali membuka buku Fiqih Sunah Sayyid Sabiq, browsing artikel-artikel, dan baca terjemahan Al-Qur’an. QS. Al-Baqarah [2]: 152

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Banyak hadis yang menegaskan bahwa sakit dapat menghapus kesalahan dan dosa. Mungkin memang aku punya banyak kesalahan, sehingga Allah memberiku musibah ini sebagai jalan untuk menghapus dosa-dosa dan kesalahanku. Aamiin… Sungguh ujian yang datang bukan karena Allah benci, melainkan malah Allah sayang kepadaku. Aku pun meyakini bahwa Allah memberi ujian bukan semata-mata ingin memberikan teguran, melainkan sebuah sarana agar aku bisa menjadi insan yang lebih baik.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki Allah baik, akan diberi cobaan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Tidaklah seorang muslim ditimpa sesuatu yang menyakitkannya, kecuali Allah menggugurkan dosa-dosanya, sebagaimana gugurnya daun-daun pepohonan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akan tetapi, orang yang sakit harus sabar, tabah, dan ikhlas menghadapi penderitaannya. Riwayat dari Syu’aib bin Sanan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin itu. Semuanya (keadaan) baik dan itu hanya dimiliki oleh seorang mukmin. Jika ia mendapat kegembiraan dan ia bersyukur, maka itu baik baginya. Begitu pula, jika ia ditimpa musibah dan ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)

Allah Swt. berfirman, “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157)

Orang yang sakit boleh mengeluhkan rasa sakitnya kepada dokter dan keluarga/teman, selama bukan merupakan bentuk kekesalan dan ketidaksabaran. Sebelum menyebutkan sakit yang kita derita, sebaiknya kita mengucapkan pujian kepada Allah. Ibnu Mas’ud berkata, “Jika sebelum mengadukan sakitnya, terlebih dahulu mengucapkan syukur, maka yang demikian itu tidak disebut keluhan.”

Begitulah selama sakit ini, anak-anak sering menjadi pengingat bagi diriku ketika sedang khilaf. Kalau aku sering mengeluh berucap, “Duh, Ya Allah nyeri banget…” Langsung saja Ifa, bungsuku membalas, “Ummi, kata ibu guru, kalau kita merasa sakit, kita harus bilang Alhamdulillah. Nanti sama Allah dihapus dosa kita.” Disenyumin aja deh, dengar nasihatnya.

Pun janganlah bersedih. Orang yang sakit mendapat pahala amal kebajikan yang biasa ia lakukan ketika sehat. Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Nabi Saw. bersabda, “Jika seorang hamba sakit atau musafir, maka dicatatlah untuknya pahala seperti yang biasa dilakukan waktu mukim dan sehat.” Alhamdulillah, berarti kalau aku gak bisa hadir di tiap kelas yang sedang kuikuti saat ini, maka Insyaa Allah aku tetap mendapat pahalanya. Aamiin…

Menjenguk Orang Yang Sakit

Islam mengajarkan agar seorang muslim menjenguk orang yang sakit dan menanyakan kondisinya, sebagai pelipur hati dan pemenuhan hak. Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda bahwa hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam, yaitu:

  1. Mengucapkan salam, jika bertemu dengannya.
  2. Memenuhi undangannya, jika diundang.
  3. Menasihatinya, jika ia meminta nasihat.
  4. Mengucapkan Yarhamukallah (semoga Allah memberimu rahmat), jika ia mengucap Alhamdulillah sewaktu bersin.
  5. Menjenguk, jika ia sakit.
  6. Mengantarkan jenazahnya, jika ia meninggal dunia.

Namun, menjenguk orang sakit ada etika dan tata caranya. Ketika menjenguk disunahkan berdoa untuk kesembuhannya dan mendorong untuk tetap sabar dan tabah. Pun mengatakan kata-kata yang menghibur dan menambah semangatnya. Jangan mengeluarkan kata-kata yang akan menyinggung perasaan si sakit walau pun tidak ada niatan seperti itu dari penjenguk. Biasanya perasaan orang yang sedang sakit menjadi lebih sensitif dan peka, sehingga mudah sedih dan tersinggung. Fisiknya sudah menderita sakit, maka janganlah ditambah menyakiti hatinya pula. Alih-alih berkata kasar dan malah memberi komentar yang mengarah pada body shaming, mending diam jika tidak bisa memilih ucapan simpati yang menyenangkan hati.

Hanya beberapa momen yang terabadikan saat teman-teman menjenguk

Nabi Saw. bersabda, “Jika kalian menjenguk orang sakit, berikanlah harapan akan usianya yang masih panjang. Meskipun yang demikian itu tidak dapat menolak takdir, tetapi akan menenteramkan jiwa orang yang sakit.”

Rasulullah sendiri, jika menjenguk orang sakit, beliau mengucapkan,

لاَبَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَاللهُ

“Tidak apa-apa, insyaa Allah menjadi pembersih dari dosa.”

Sebaiknya tidak perlu berlama-lama, ketika menjenguk orang sakit, agar tidak memberatkannya, kecuali jika si sakit sendiri yang menginginkannya. Dan satu lagi yang tak kalah penting, bawalah buah tangan yang kira-kira sangat dibutuh dan diperlukan oleh penderita sakit. Kadang dia tidak berselera dengan makanan, baik kue, biskuit, atau pun buah yang diberikan sehingga banyak yang tidak bisa dinikmatinya.

Akhir kata, janganlah sekali-kali terlintas pikiran buruk terhadap Allah Swt. ketika mendapat ujian. Allah sang Maha Penyayang tidak akan pernah zhalim. Selalu ingatlah ayat ini yang menjadi andalan, QS. Al-Baqarah [2]: 216.

 عَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا عۡلَمُونَ

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Author:

Ibu dari tiga anak yang menerima order layout/setting buku. Sebagian hasil karyanya bisa dilihat pada FP www.facebook.com/pages/Alfaz-Creation/265018896864395. Juga jualan buku di http://www.facebook.com/gbb.aliafazrillah, silakan mampir...